MengetahuiAsbabun Nuzul suatu ayat itu sangat pentng karena dengan adanya kita mengetahuinya tahu mengapa ayat - ayat itu di turunkan oleh Allah SWT, Adapun Manfaat Jika Kita Mengetahui Asbabun Nuzul Diantaranya : Memperjelas bahwa Al Quran itu turun dari Allah Swt. Hal ii di karenakan atika rosullallah di tanya mengenai suatu hal, kadang
B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul Ada dua jenis redaki yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbab an-nuzul, yaitu 1. SharihVisionablejelas Artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbab an-nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sharih bila perawi megatakan “sebab turun ayat ini adalah...” Atau ia menggunakan kata “maka” fa taqibiyah setelah ia mengatakan peristiwa tertentu. Misalnya ia mengatakan “Telah terjadi..., maka turunlah ayat...” “Rasulullah pernah ditanya tentang..., maka turunlah ayat...” Contoh riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, “apabila seorang suami mendatangi “qubul” istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling.” Maka turunlah Al-Baqarah ayat 223. “223. isteri-isterimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” Al-Baqarah ayat 223. 2. Muhtamilah Bila perawi mengatakan “Ayat ini turun berkenaan dengan ...” Misalnya, riwayat Ibnu Umar yang menyatakan “ayat,istri-istri kallian adalah ibarat tanah tempat bercocok tanam, turun berkenaan dengan mendatangimenyetubuhi istri dari belakang.” Bukhari. Atau perawi mengatakan “saya kira ayat ini turun berkenaan dengan...” 10 Mengenai riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi “muhtamilah”, Az-Zarkasy menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulum Al-Quran “sebagaimana diketahui, telah terjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan Tabi’in, jika seorang di antara mereka berkata, Ayat ini diturunkan berkenaan dengan...’. Maka yang dimaksud adalah ayat itu mencakup ketentuan hukum tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.” Skema Redaksi Periwayatan Asbab An-Nuzul b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul 1. Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu Ayat Ta’addud As-Sabab wa Nazil Al- wahid Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-Nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab an-Nuzul. Tentu saja, hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut. 11 R e d a k s i R i w a y a t A s b a b A n - N u z u l P a s t i s h a r i h A s b a b A n - N u z u l h a d z i h i a l a y a t k a d z . . . T i d a k P a s t i M u h t a m i l N a z a l a t h a d z i h i a l - a y a t f i k a d z a . . . a. Tidak Mempermasalahkannya Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat-riwayat asbab An-Nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilahtidak pasti. b. Mengambil versi riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi sharih. Cara ini digunakan bila ssalah satu versi riwayat asabab An-Nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharihpasti. c. Mengambil versi riwayat yang sahihvalid Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi “sharih”pasti, tetapi kualitas salah satunya tidak sahih. Adapun terhadap variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat, versi berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut. a. Mengambil versi riwayat yang sahih. Cara ini mengambil bila terdapat dua versi riwayat tentang asbab An-Nuzul satu ayat, satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lainnya tidak. Misalnya dua versi riwayat asbab An-Nuzul kontradiktif untuk surat Adh-Dhuha[93] ayat 1-3. b. Melakukan studi selektif tarjih Langkah ini diambil bila kedua versi asbab An-Nuzul yang berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama sahih. Seperti asbab An-Nuzul yang berkaitan dengan turunnya ayat tentang roh. c. Melakukan studi kompromi jama’ Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki status kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan tarjih. 12 Skema Variasi Periwayatan Asbab An-Nuzul 2. Variasi Ayat untuk Satu Sebab Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Hal ini dalam Ulumul Quran disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid”terbilang ayat yang turun,sedangkan sebab turunnya satu. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas. Demikian pula Al-Hakim meriwayatkan hadis yang sama, redaksi yang sama dan mengatakan , “Maka Allah menurunkan surah Al-Mujadalah[58] ayat 18-19. 3 C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul
Menyusunkronologis ayat sesuai dengan masa turunnya disertai penggalian asbabun nuzul ayat-ayat tersebut. d. Memahami munasabat (korelasi) ayat-ayat tersebut dalam posisi surahnya masing-masing. e. Penemuan suatu teori baru akan menggugurkna teori lama. Hal ini tenbtu akan berakibat pada kebenaran penafsiran metode saintifik yang harus Asbābun Nuzūl bahasa Arab اسباب النزول, sebab-sebab turunnya suatu ayat adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2] Al-Quran bukanlah merupakan sebuah "buku" dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sejauh situasi-situasi menuntutnya. Al-Quran pun sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu yang akan menimbulkan keusilan di kalangan pembantahnya QS. Al-Furqan [251 32. Seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Quran secara total dalam sekali waktu secara sekaligus adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena pada kenyataannya AlQuran diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang timbul.[3] Sebagian tugas untuk memahami pesan dari Al-Quran sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat adaiah kegiatan dan perjuangan Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan terhadap perjuangan Nabi Yang secara keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu memahaminya dalam konteks perspektif Arab pada masa awal penyebaran Islam, karena aktivitas Nabi berada di dalamnya. Oleh karena itu, adat-istiadat, lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsa Arab pada umumnya menjadi esensial diketahui dalam rangka memahami konteks aktivitas Nabi. Secara khusus, situasi Makkah pra Islam perlu dipahami terlebih dahulu secara mendalam. Tanpa memahami masalah ini, pesan Al-Quran sebagai suatu kebutuhan tidak akan dapat dipahami. Orang akan salah menangkap pesan-pesan Al-Quran secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Al-Quran harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan dengan Al-Quran menekankan pentingnya asbab annuzul alasan pewahyuan.[3] Sudahtentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-qur'an masih turun (ashr at-tanzil). 2. Macam-macam asbab an-nuzul. Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat kita bagi kepada; Ta'addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid danTa'adud an-nazil wa al-asbab wahid. 3. Benarkah Setiap Ayat Al-Quran Memiliki Asbabun Nuzul? – Mungkin ada di antara umat Islam yang belum tahu apa itu Asbabun Nuzul. Di dalam ilmu Al-Quran, Asbabun Nuzul adalah peristiwa ataupun kejadian yang menjadi sebab turunnya suatu ayat Al-Quran. Jadi Al-Quran tidak diturunkan sekali turun langsung ayat langsung, akan tetapi berangsur-angsur selama lebih dari 20 tahun. Kenapa hal ini dilakukan Allah? Berkatalah orang-orang yang kafir "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil teratur dan benar. Al-Furqaan 32 Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman, Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Al-Israa’ 106 Hikmahnya adalah agar ayat-ayat yang diturunkan lebih meresap ke dalam hati manusia. Begitu pula Asbabun Nuzul. Dengan adanya Asbabun Nuzul ini, orang-orang yang membaca Al-Quran akan lebih meresapi dan menghayati ayat yang dibaca. Timbul pertanyaan, apakah setiap ayat di Al-Quran memiliki asbabun nuzul? Jawabannya adalah tidak. Ada ayat Al-Quran yang turun karena suatu peristiwa dan ada pula ayat Al-Quran yang diturunkan tanpa adanya rangkaian peristiwa alias turun begitu saja. Ayat-ayat yang tidak memiliki Asbabun Nuzul biasanya kisah-kisah seperti kisah para nabi. Tetapi tidak semua kisah para nabi di Al-Quran tidak memiliki Asbabun Nuzul dan tidak semua Asbabun Nuzul itu kisah para nabi. Adapun ayat yang memiliki Asbabun Nuzul biasanya untuk menerangkan hukum, syariat dan lain sebagainya. Salah satu contoh ayat di Al-Quran yang tidak memiliki Asbabun Nuzul Misalnya adalah surah Al-An’aam. Dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma yang diriwayatkan secara marfu’, Turun kepadaku surat Al-An’am, satu surat sekaligus. Diiringi oleh malaikat. Mereka menyuarakan tasbih dan tahmid. HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath no. 3316 dan Abu Nua’im dalam al-Hilyah, 3/44 dan di sana ada perawi bernama Yusuf bin Athiyah as-Shaffar dan dia dhaif. Di dalam riwayat lain, yaitu Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma, dia berkata, Ketika turun surat Al-An’am, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertasbih. Kemudian beliau mengatakan, “Sungguh, ada malaikat yang jumlahnya menutupi ufuq yang mengiringi turunnya surat ini.” HR. Hakim 2/314, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 2431 Jadi tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbabun Nuzul. Inilah yang kebanyakan. Adapun beberapa ayat yang memiliki Asbabun Nuzul seperti Surah Thaahaa ayat 105 Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah "Tuhanku akan menghancurkannya di hari kiamat sehancur-hancurnya, Thaahaa 105 Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa kaum Quraisy bertanya “Apakah yang akan dilakukan Rabb-mu pada hari kiamat terhadap gunung-gunung?” ayat ini Thaahaa 105 turun sebagai penjelasan bahwa gunung-gunung itu pada hari kiamat akan dihancurkan seremuk-remuknya. Contoh lainnya adalah Surah Al-Hijr ayat 49-50 Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. Al-Hijr 49-50 Diriwayatkan oleh ath-Thabarani yang bersumber dari Abdullah bin Zubair bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menegur para shahabatnya yang sedang tertawa saat beliau lewat di tempat itu, dengan berkata “Apa gerangan yang menyebabkan kalian tertawa? Padahal surga dan neraka itu sudah diperingatkan kepada kalian.” Maka turunlah ayat ini al-Hijr 49-50 sebagai teguran kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam supaya membiarkan mereka tertawa, karena Allah itu ghafuurur rahiim Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, tetapi juga mengingatkan mereka bahwa siksa Allah sangat pedih. Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari salah seorang shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat para shahabat dari pintu Bani Syaibah, sambil bersabda “Aku tidak ingin melihat kalian tertawa.” Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan mereka. Tidak lama kemudian beliau kembali lagi sambil mundur dan bersabda “Ketika aku tiba di Hijr Isma’il, Jibril datang menegurku “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah berfirman kepadamu Mengapa engkau memutuskan harapan hamba-hamba-Ku?” sebagaimana firman-Nya dalam al-Hijr 49-50. Itulah pembahasan singkat kita mengenai Asbabun Nuzul. Semoga menambah khazanah ilmu pengetahuan agama kita. Baca Juga Sunnah Tidur Menghadap Kiblat? Semoga bermanfaat. Diselesaikan pada 12 Muharram 1439 Hijriyah/2 Oktober 2017 Masehi.
\n \n \n \n \n berbilangnya asbabun nuzul suatu ayat
Pengetahuantentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur'an. [2] B. Fungsi Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur'an Adapun kegunaan yang diperoleh dalam mengetahui Asbabun Nuzul dalam kaitannya dengan memahami makna daripada ayat-ayat suci Al-Qur'an antara lain adalah sebagai
Pengertian Asbabun Nuzul Al Quran Secara etimologi Asbabun Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbab” dan “Nuzul”. Kata “Asbab” merupakan jamak dari “Sababa” yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun . Jadi, Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut dengan Asbabun Nuzul, namun ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an. Secara terminologi ada banyak pengertian Asbabun Nuzul menurut para ulama’ diantaranya Az-Zarqoni mengatakan bahwa Asbabun Nuzul adalah kasus atau suatu kejadian yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi. Ash Shobuni mendefinisikan Asbabun Nuzul merupakan peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. Shubhi Shalih mendefinisikan Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya ayat atau beberapa ayat Al-Qur’an ayat-ayat terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai sebagai respon atas-nya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi. Mana’al-Qaththan mendefinisikan Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an berkenaan dengannha waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.[1] Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Asbabun Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an untuk menerangkan status hukumnya, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. Asbabun Nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi turunnya beberapa ayat Al-Qur’an, macam-macamnya, redaksi-redaksinya sighat, riwayat-riwayatnya tarjih dan manfaat dalam mempelajarinya. Peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an bisa berupa konflik social, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sahabat kepada Nabi. Ada perbedaan pendapat mengenai persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak. Dan sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul sehingga diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya ibtida’ dan ada pula ayat yang diturunkan dengan dilatarbelakangi dengan suatu peristiwa ghair ibtida’. Salah satu contoh asbabun nuzul yaitu asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 188 dimana Marwan bin Hakam mengalami kesulitan dalam memahami ayat ini dan ia memahami bahwa setiap orang yang bergembira atas usaha yang telah diperbuatnya dan suka dipuji atas perbuatan yang belum dilakukan akan disiksa. Pemahaman tersebut kurang tepat dan diluruskan oleh Ibnu Abbas bahwa ayat tersebut menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab yang ditanya Rasulullah tentang sesuatu lalu mereka menyembunyikannya serta memberitahukan hal lain yang tidak ditanyakan. Mereka menganggap bahwa perkataan tersebut berhak mendapat pujian sehingga turunlah ayat ini.[2] Macam-Macam Asbabun Nuzul Al Quran 1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun Nuzul Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbabun Nuzul. Dari sudut pandang ini, ada dua redaksi yang dipergunakan perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbabun Nuzul yaitu redaksi Sharih jelas dan redaksi Muhtamil kemungkinan. Redaksi Sharih jelas artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tidak mungkin menunjukkan maksud yang lainnya. Redaksi dikatakan sharih bila perawi mengatakan “Sebab turun ayat ini adalah….” atau “Telah terjadi …… maka turunlah ayat” atau “Rasulullah pernah ditanya tentang …… maka turunlah ayat”. Muhtamilah masih kemungkinan atau belum pasti artinya riwayat belum dipastikan sebagai Asbabun Nuzul karena masih terdapat keraguan. Adapun redaksi yang termasuk muhtamilah bila perawi mengatakan “ayat ini diturunkan berkenaan dengan” atau “saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan …” atau “saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …”.[3] 2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul a. Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat Ta’addud As-asbab wa Nazil Al-wahid. Yang dimaksud disini adalah tidak setiap ayat memiliki riwayat dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbabun Nuzul baik dalam redaksi ataupun kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat dalam satu ayat dari sisi redaksinya, para ulama’ mengemukakan cara sebagai berikut Tidak mempermasalahkannya. Hal ini dilakukan apabila variasi riwayatnya menggunakan redaksi muhtamil. Mengambil versi riwayat yang menggunakan redaksi sharih, ketika versi riwayatnya ada yang sharih dan muhtamil. Mengambil versi riwayat yang shahih valid. Hal ini dilakukan jika semua riwayatnya menggunakan redaksi sharih tetapi salah satu kualitasnya tidak shahih. Sedangkan untuk mengatasi variasi riwayat dalam satu ayat dari sisi kualitasnya, para ulama’ mengemukakan langkah sebagai berikut Mengambil versi riwayat yang shahih, ketika ada dua atau lebih versi riwayat sedangkan satu versi berkualitas shahih dan yang lainnya tidak. Melakukan studi selektif tarjih. Langkah ini diambil bila kedua riwayatnya sama-sama berkualitas shahih. Melakukan studi kompromi jama’ ketika kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama shahih yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan tarjih. b. Variasi Ayat untuk satu sebab Ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid Terkadang satu kejadian bisa menjadi sebab turunnya satu ayat atau lebih, inilah yang disebut dengan Ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid. Contoh dua versi riwayat Asbabun Nuzul adalah asbabun nuzul yang melatarbelakangi turunnya surat An-Nur 24 ayat 6 “Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,Sesungguhnya Dia adalah termasuk orang-orang yang benar.” Dalam versi Bukhari dan Muslim melalui jalur Shahal Ibn Sa’ad dikatakan bahwa ayat itu turun berkenaan dengan salah seorang sahabat bernama Uwaimir yang bertanya kepada Rasulullah SAW. Tentang apa yang harus dilakuan oleh seorang suami yang mendapati istrinya bezina dengan orang lain. Akan tetapi, dalam versi Bukhari melaui jalur Ibn Abbas dikatakan bahwa ayat tersebut turun dengan latar belakang kasus Hilal Ibn Umayah yang mengadu kepada RasulullahSAW. bahwa istrinya berzina dengan Sarikh Ibn Sahma’. Kedua riwayat itu berkualitas sahih dan tidak mungkin dilakukan studi tarjih. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kompromi jama’. Dua kejadian itu berdekatan masanya sehingga kita mudah mengkompromikan keduanya. Dalam jangka waktu yang tidak berselang lama, kedua orang sahabat bertanya kepada Rasululah SAW. Tentang masalah serupa, maka turunlah ayat mu’amalah untuk menjawab pertanyaan mereka.[9] Kalau kedua versi riwayat Asbabun Nuzul itu sahih atau tidak sahih atau tidak dapat dilakukan studi tarjih dan jama’ maka hendaklah kita anggap ayat itu diturunkan berulang kali atau yang disebut Ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid. Kegunaan Asbabun Nuzul Al Quran Sebagian besar para ulama’ sepakat bahwa riwayat-riwayat dalam Asbabun nuzul merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk memahami pesan yang ada dalam Al-Qur’an. Para ulama’ mengemukakan beberapa kegunaan Asbabun Nuzul dalam memahami Al Quran, sebagai berikut Membantu memahami dan juga mengatasi keraguan atau ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat Al-Qur’an. Contohnya dalam Surah Al Baqarah ayat 115 dibawah ini ولله المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله “Kepunyaan Allahlah arah barat dan timur, maka ke arah manapun kamu menghadapkan wajah dalam shalat maka disanalah Allah.” Melihat secara dhahir ayat, seseorang boleh menghadap ke arah mana saja yang mana seakan-akan tidak wajib untuk menghadap kiblat. Namun setelah melihat asbabun nuzulnya, penafsiran tersebut adalah keliru. Sebab ayat ini turun berkenaan dengan orang yang sedang dalam safar dan melakukan shalat diatas kendaraan, atau orang yang tidak tahu arah kiblat dan berijtihad untuk menentukan arah kiblat. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian hashr membatasi. Seperti dalam surah Al-An’am ayat 145 قل لا اجد في ما أوحي إلي محرما علي طاعم يطعمه إلا أن يكون ميتة او دما مسفوحا او لحم خنزير فإنه رجس او فسقا أهل لغير الله به فمن اضطر غير باغ ولا عاد فإن ربك غفور رحيم “Katakanlah, tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang ingin memakannya, kecuali kalau makanan itu berupa bangkai, darah yang mengalir, daging babi, karena semua itu adalah kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi batas darurat maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Menurut Imam Syafi’I ayat ini tidak dimaksudkan sebagai hasr pembatasan bahwa yang diharamkan hanya yang disebutkan dalam ayat ini dan yang selain disebutkan semuanya halal. Imam Syafi’I menggunakan asbabun nuzul untuk menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri. Ayat ini turun karena kebiasaan mereka yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Mengkhususkan hukum dengan sebab, bagi ulama’ yang berpegang pada kekhususan sebab bukan keumuman lafadz. Seperti ayat tentang Dzihar pada permulaan Surah Al Mujadalah yang turun berkenaan dengan Aus bin Samit yang menzihar istrinya, Khaulah binti Hakim bin Tsa’labah, ayat tersebut hanya berlaku untuk kedua orang tersebut. Hukum dzihar yang berlaku bagi selain keduanya ditentukan dengan jalan qiyas. Mengetahui pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun. Memudahkan untuk menghafal dn memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkannnya. [1] Prof. Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung,2012, [2] Tafsir dan Ilmu 2 Kudus,2011, [3] Muhammad Amin,Study ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Firdaus, 2004,
\n \n \n \n\n \n\nberbilangnya asbabun nuzul suatu ayat
AsbabunNuzul (Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al Qur'an) : Surat Al Hajj Ayat 27, 37 dan 39 Shohabiyah + Ikuti Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Nabi saw, hijrah dari Mekah, berkatalah Abu Bakr: "Mereka telah mengusir Nabi mereka. Mereka pasti akan dibinasakan." Maka turunlah ayat ini (QS: 22 al-Hajj: 39) yang memberi kelonggaran
Al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan mengegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala SWT dan risalahNya. Dalam Al-Quran juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan mengenai Asbabun Nuzul sangat penting dalam pembahasan ulum al-Qur'an, karena pembahasan ini merupakan kunci pokok dari landasan keimanan terhadap pembuktian bahwa Al-Quran itu benar turunnya dari Allah SWT. Hal itu merupakan pembahasan awal dari Al-Quran guna melangkah kepada pembahasan-pembahasan selanjutnya. Hal itu berpijak pada firman Allah SWT dalam dahulu dipahami pengertian Asbabun Nuzul dan penjelasan sekitar signifikansi Asbabul Nuzul, cara mengetahui Asbabun Nuzul dan hubungan kontekstualitas dengan Asbabun Nuzul. Memahami Ayat-ayat Al-QuranAl-Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mempelajari Al-Quran, ada satu pokok pembahasan yang sering disebut dengan Asbabun Nuzul digunakan untuk memahami ayat-ayat Al-Quran. Ungkapan asbabun nuzul atau asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata "asbab" dan "nuzul". Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya As- Suyuthi dalam kitabnya Asbabun Nuzul menjelaskan, ilmu asbabun nuzul merupakan rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat para sahabat dan tabi'in serta penukilan Al Quran dan as-sunnah. Tidak ada ruang bagi akal di dalamnya kecuali dengan melakukan tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu disebut asbabun nuzul, namun dalam pemakaiannya ungkapan asbabun nuzul khusus digunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran. Pan Suaidi dalam Jurnal Almufida Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman menjelaskan, seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan untuk mengetahui sebab terjadinya perbedaan redaksional terkait pengertian Asbabun Nuzul di kalangan ulama. Namun, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari kejadian Nuzul juga dapat dikatakan sebagai bahan sejarah yang digunakan untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat-ayat Al-Quran. Safril dalam jurnal Syahadah menjelaskan, ilmu ini memberikan pemahaman terhadap hubungan nash dan Asbabun Nuzul dan ContohnyaBerdasarkan jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi 2 macam. Sebagai berikut1. Ta'addud Al-Ashbab Wa Al-Nazil WahidTa'addud al-ashbab wa al-nazil wahid adalah beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu. Dalam hal ini, turunnya wahyu bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab. Contohnya dalam Surat al-Ikhlas ayat 1-4قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ - ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ - ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ - ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ - ٤Artinya "Katakanlah Muhammad, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik Mekkah sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat tersebut juga diturunkan kepada kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah SAW Ta'adud An-Nazil Wa Al-Asbab WahidTa'adud an-nazil wa al-asbab wahid adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat. Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah SWT berfirmanفَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى السَّمَاۤءُ بِدُخَانٍ مُّبِيْنٍ - ١٠Artinya "Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas," QS. Ad-Dukhan 10.اِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيْلًا اِنَّكُمْ عَاۤىِٕدُوْنَۘ - ١٥Artinya "Sungguh kalau Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali ingkar." QS. Ad-Dukhan 15.يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرٰىۚ اِنَّا مُنْتَقِمُوْنَ - ١٦Artinya "Ingatlah pada hari ketika Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti memberi balasan." QS. Ad-Dukhan 16.Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka kaum Quraisy mendapatkan kelaparan sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT menurunkan penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan ayat para kaum Quraisy menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Lalu, Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan hujan dan turunlah QS. Ad-Dukhan ayat setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah SWT, mereka kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut dijelaskan bahwa siksaat yang dimaksud akan turun saat Perang wallahu a'lam. Semoga bermanfaat dalam sebelum memahami Al-Quran dan isinya. Hanya kepada Allah SWT kita memohon petunjuk dan pertolongan. Amiin.
AlQur'an juga mengandung sebab-sebab diturunkannya suatu ayat yang dikenal dengan istilah "Asbabun Nuzul". Tetapi dalam keseluruhan isi al-Qur'an, tidak semua ayat mengandung asbabun nuzul, hanya sebagian ayat saja. C. Pengertian Asbabun Nuzul Secara etimologis, asbabun nuzul ayat itu berarti sebab-sebab turunnya ayat.
Al-Qur’an tidak turun dalam satu masyarakat yang hampa budaya. Sekian banyak ayatnya oleh ulama dinyatakan sebagai harus dipahami dalam konteks sebab nuzul-nya. Hal ini berarti bahwa arti "sebab" dalam rumusan di atas -walaupun tidak dipahami dalam arti kausalitas, sebagaimana yang diinginkan oleh mereka yang berpaham bahwa "Al-Qur'an qadim"- tetapi paling tidak ia menggambarkan bahwa ayat yang turun itu berinteraksi dengan kenyataan yang ada dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa "kenyataan" tersebut mendahului atau paling tidak bersamaan dengan keberadaan ayat yang turun di bumi kaitannya dengan asbabun nuzul, mayoritas ulama mengemukakan kaidah al-'ibrah bi 'umum al-lafzh la bi khushush al-sabab patokan dalam memahami ayat adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan khusus terhadap pelaku kasus yang menjadi sebab turunnya. Sedangkan sebagian kecil dari mereka mengemukakan kaidah sebaliknya, al-'ibrah bi khushush al-sabab la bi 'umum al-lafzh patokan dalam memahami ayat adalah kasus yang menjadi sebab turunnya, bukan redaksinya yang bersifat umum.Di sini perlu kiranya dipertanyakan "Bukankah akan lebih mendukung pengembangan tafsir jika pandangan minoritas di atas yang ditekankan?" Tentunya, jika demikian, maka perlu diberikan beberapa catatan penjelasan sebagai berikutSeperti diketahui setiap asbabun nuzul pasti mencakup a peristiwa, b pelaku, dan c waktu. Tidak mungkin benak akan mampu menggambarkan adanya suatu peristiwa yang tidak terjadi dalam kurun waktu tertentu dan tanpa selama ini pandangan menyangkut asbabun nuzul dan pemahaman ayat sering kali hanya menekankan kepada peristiwanya dan mengabaikan "waktu" terjadinya -setelah terlebih dahulu mengabaikan pelakunya- berdasarkan kaidah yang dianut oleh mayoritas penganut paham al-'ibrah bi khushush al-sabab, menekankan perlunya analogi qiyas untuk menarik makna dari ayat-ayat yang memiliki latar belakang asbabun nuzul itu, tetapi dengan catatan apabila qiyas tersebut memenuhi syarat-syaratnya. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-'Irfan, Al-Halabiy, Mesir, Cet. III, 1980 Jilid I h. 125Pandangan mereka ini, hendaknya dapat diterapkan tetapi dengan memperhatikan faktor waktu, karena kalau tidak, ia menjadi tidak relevan untuk dianalogikan. Bukankah, seperti dikemukakan di atas, ayat Al-Qur’an tidak turun dalam masyarakat hampa budaya dan bahwa "kenyataan mendahului/bersamaan dengan turunnya ayat"?Analogi yang dilakukan hendaknya tidak terbatas oleh analogi yang dipengaruhi oleh logika formal al-manthiq, al-shuriy yang selama ini banyak mempengaruhi para fuqaha' kita. Tetapi, analogi Yang lebih luas dari itu, yang meletakkan di pelupuk mata al-mashalih al-mursalah dan yang mengantar kepada kemudahan pemahaman agama, sebagaimana halnya pada masa Rasul dan para sahabat." Yusuf Kamil, Al-'Ashriyun Mu'tazilat Al-Yawm, Al-Wafa' Al-Mansurah, Mesir, 1985, h. 22Qiyas yang selama ini dilakukan menurut Ridwan Al-Sayyid adalah berdasarkan rumusan Imam Al-Syafi'i, yaitu Ilhaq far'i bi ashl li ittihad al-'illah, yang pada hakikatnya tidak merupakan upaya untuk mengantisipasi masa depan, tetapi sekadar membahas fakta yang ada untuk diberi jawaban agama terhadapnya dengan membandingkan fakta itu dengan apa yang pernah ada. Ridhwan Al-Sayyid, Al-Islam Al-Mu'ashir, Naz'at fi Al-Hadhir wa Al-Mustaqbal, Dar Al-'Ulum Al-Arabiyah, Beirut, 1986, h. 90Pengertian asbabun nuzul dengan demikian dapat diperluas sehingga mencakup kondisi sosial pada masa turunnya Al-Qur'an dan pemahamannya pun dapat dikembangkan melalui kaidah yang pernah dicetuskan oleh ulama terdahulu, dengan mengembangkan pengertian qiyas. FathoniDisunting dari M. Quraish Shihab dalam buku karyanya ”Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat” Mizan, 1999.
8 Fungsi Asbabun Nuzul 1.Membantu memahami dan mengatasi ketidak pastian dalam memahami pesan alquran 2.Mengatasi keraguan pada ayat yang cakupannya umum 3.Mengkhususkan hukum dalam ayat alquran 4.Mengetahui pelaku yang melatar belakangi surat 5.Memantapkan wahyu pada hati 9. JAZAAKUMULLAH KHAYRAN KATSIRAN
ILMU ASBABUN NUZUL DAN FUNGSINYA DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN SERTA MACAM-MACAM DAN CONTOH-CONTOHNYA Ulumul Qur’an == Kelompok 4 == Syari’ah/ Muamalat Smt. 1/ Unit 1 Disusun Oleh Muhammad Ilham MUSLIM 511401589 Ade IRMA 511401564 MISBAHUDDIN 511401588 STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN 2014 Daftar Isi. Bab 2. Pembahasan................................................................ 1 A. Pengertian Asbabun Nuzul........................................... 1 B. Fungsi Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur’an 2 C. Macam-macam Asbabun Nuzul................................... 4 Bab 3. Penutup........................................................................ 11 A. Kesimpulan.................................................................... 11 Daftar Pustaka........................................................................ 12 Bab II PEMBAHASAN A. Pengertian Asbabun Nuzul Secara etimologis Asbabun Nuzul terdiri dari kata “asbab” bentuk plural dari kata “sabab” yang mempunyai arti “latar belakang”, “alasan” atau “sebab/illat”, sedang kata “nuzul” berasal dari kata “nazala” yang berarti “turun”. Dengan demikian Asbabun Nuzul adalah “suatu konsep, teori, atau berita tentang sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi Muhammad, baik berupa satu ayat maupun rangkaian ayat”. Para ulama berpendapat bahwa berkaitan dengan latar belakang turunnya, ayat-ayat Al-Qur’an turun dengan dua cara. Pertama, ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah tanpa suatu sebab atau peristiwa tertentu yang melatar belakanginya. Kedua, ayat-ayat yang diturunkan karena dilatarbelakangi oleh peristiwa tertentu. Berbagai hal yang menjadi sebab turunnya ayat inilah yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul.[1] Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, Kendatipun redaksi pendifinisian mereka berbeda-beda, namun hal itu menyimpulkan bahwa Asbabun Nuzul adalah “kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an”. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan anatara suku aus dan suku Khazraj, kesalahan besar seperti kasus seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk, dan pertanyaan-pertannyaan yang diajukan para sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi. Persoalan apakah semua ayat Al-Qur’an diturunkan berdasarkan Asbabun Nuzul ternyata telah menjadi bahan kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan dengan Asbabun Nuzul, sehingga diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya dan ada pula Al-Qur’an yang diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu peristiwa. Asbabun Nuzul didefinisikan “sebagai suatu hal yang karenanya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, Asbabun Nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi sebab turunnya beberapa ayat al-qur’an. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah dibalik kisah diturunkannya suatu ayat. Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2] B. Fungsi Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur’an Adapun kegunaan yang diperoleh dalam mengetahui Asbabun Nuzul dalam kaitannya dengan memahami makna daripada ayat-ayat suci Al-Qur’an antara lain adalah sebagai berikut 1. Mengetahui hikmah rahasia dan tujuan Allah secara khusus dalam men-syari’at-kan agama-Nya yang terkandung di balik ayat-ayat yang mempersoalkan syari’at hukum. Misalnya kita dapat memahami lewat pengetahuan Asbabun Nuzul kenapa judi, riba, memakan harta anak yatim itu diharamkan. Sebaliknya bagaimana Allah mula-mula men-syari’at-kan shalat Khauf shalat yang dilakukan waktu situasi gawat/perang, kenapa tidak boleh melakukan shalat jenazah atas orang musyrik, bagaimana pembagian harta rampasan perang, dan sebagainya. Hampir semua aspek hukum itu mengandung aspek filosofis yang sebagian di antaranya dapat diketahui lewat pengertian tentang Asbabun Nuzul. 2. Mengetahui pengecualian hukum terhadap orang yang berpendirian bahwa hukum itu harus dilihat terlebih dahulu dari sebab-sebab yang khusus. 3. Mengetahui Asbabun Nuzul adalah cara yang paling kuat dan paling baik dalam memahami pengertian ayat, sehingga para sahabat yang paling mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat lebih didahulukan pendapatnya tentang pengertian dari satu ayat, dibandingkan dengan pendapat sahabat yang tidak mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat. 4. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 5. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan, tetapi sebetulnya bukanlah pembatasan, sebagai contoh adalah Al-Qur’an Surat Al-An’am 6 ayat 145 dalam hal makanan yang diharamkan. è% Hw ߉É`r& ’Îû !$tB zÓÇrré& ¥’n<Î $B§ptèC 4’n?tã 5OÏã$sÛ ÿ¼çmßJyèôÜtƒ HwÎ br& šcqä3tƒ ºptGøŠtB ÷rr& $YByŠ %nqàÿó¡¨B ÷rr& zNóss9 9ƒÍ”\Åz ¼çm¯RÎ*sù ê[ô_Í ÷rr& $¸ó¡Ïù ¨Ïdé& ÎŽötóÏ9 !$ ¾ÏmÎ/ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$ uŽöxî 8ø$t/ Ÿwur 7Š$tã ¨bÎ*sù š­/u Öqàÿxî ÒO‹Ïm§ الانعام ۱۸۳ Katakanlah "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".[3] 6. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dapat mengkhususkan hukum pada sebab, menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. Hal ini sebagaimana pada ayat-ayat tentang zhihar. 7. Dengan mempelajari Asbabun Nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang yang mengkhususkannya. Hal ini didasarkan atas Ijma’ yang menyatakan bahwa hukum sebab tetap selama-lamanya. 8. Dengan Asbabun Nuzul, akan diketahui ayat tertentu yang turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran, sebab kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang bersalah. 9. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia mengetahui sebab turunnya, sebab pertalian antara sebab dan musabbab, hukum dan peristiwanya, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua itu merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan terlukisnya sesuatu dalam ingatan. Dari kesembilan manfaat yang diperoleh dalam pentingnya memahami Asbabun Nuzul tersebut di atas kesemuanya adalah memiliki hubungan yang erat dengan kepentingan menafsirkan Al-Qur’an dan mengistimbatkan hukum daripadanya.[4] C. Macam-macam Asbabun Nuzul Ada dua hal yang menjadi sudut pandang dalam membagi macam-macam Asbabun Nuzul, yaitu 1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbabun Nuzul. Dari sudut pandang yang pertama ini ada dua redaksi yang dipergunakan perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbabun Nuzul yaitu sharih jelas dan muhtamilah kemungkinan. Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan Asbabun Nuzul, dan tidak mungkin menunjukkan yang lainnya. Redaksi dikatakan sharih bila perawi mengatakan - “Sebab turun ayat ini adalah…..” - Atau perawi menggunakan kata “maka” setelah ia mengatakan peristwa tertentu. Umpamanya ia mengatakan “Telah terjadi……. Maka turunlah ayat….” atau “Rasulullah pernah ditanya tentang….maka turunlah ayat….” Adapun redaksi yang termasuk muhtamilah bila perawi mengatakan - “Ayat ini dirturunkan berkenaan dengan ….” Atau - “Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….” Atau - “Saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …”[5] 2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu Asbabun Nuzul a. Berbilangnya Asbab Asbabun Nuzul untuk satu ayat Tidak setiap ayat memiliki riwayat Asbabun Nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbabun Nuzul. Tentu saja hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang terdapat dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara sebagai berikut 1 Tidak mempermasalahkannya Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat Asbabun Nuzul menggunakan redaksi muhtamilah tidak pasti. Umpamanya, satu versi menggunakan redaksi, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….” Dan versi lain menggunakan redaksi, “Saya kira ayat diturunkan berkenaan dengan….” Variasi riwayat Asbabun Nuzul ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud oleh setiap variasi itu hanyalah sebagai tafsir belaka dan bukan Asbabun Nuzul. Hal ini berbeda bila ada indikasi jelas yang menunjukkan bahwa salah satunya memaksudkan Asbabun Nuzul. 2 Mengambil versi riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi sharih Cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat Asbabun Nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharih pasti. 3 Mengambil versi riwayat yang shahih Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih pasti, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.[6] Umpamanya dua riwayat Asbabun Nuzul kontradiktif yang berkaitan dengan diturunkannya ayat dalam surat Ad-dhuha 93 ayat 1-3 4ÓyÕÒ9$ur ÇÊÈ Èø‹©9$ur sŒÎ 4ÓyÖy™ ÇËÈ $tB y7t㨊ur y7•/u $tBur 4’n?s% ÇÌÈ 1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik, 2. Dan demi malam apabila telah sunyi gelap, 3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu*. *Maksudnya ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik berkata "Tuhannya Muhammad telah meninggalkannya dan benci kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu. Versi pertama yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Jundab mengatakan Rasulullah merasa kurang enak badan sehingga beliau tidak shalat malam selama satu atau dua malam. Seorang wanita datang kepada beliau seraya berkata “Hai Muhammad, aku melihat setanmu yang dia maksud ialah Jibril telah meninggalkan engkau.” Maka turunlah ayat tersebut. Versi kedua yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibn Abi-Syaiban dari Hafsah bin Maisyarah, dari ibunya, dari neneknya khadam Rasulullah mengatakan “Seekor anjing masuk ke dalam rumah Rasulullah dan bersembunyi di bawah tempat tidur sampai mati. Karenanya selama empat hari Rasulullah tidak menerima wahyu. Nabi berkata, “Wahai Khaulah! Apakah yang telah terjadi di rumahku? sehingga Jibril tidak datang kepadaku.” Maka akupun Khaulah berkata, “Alangkah baiknya jika kuperiksa langsung keadaan rumahnya dan menyapu lantainya. Aku masukkan sapu ke bawah tempat tidur dan mengeluarkan bangkai anjing darinya. Nabi kemudian datang dalam keadaan dagu gemetar. Oleh karena itu, ketika menerima wahyu, dagu Nabi selalu bergetar. Maka Allah menurunkan surat Adh-Dhuha 1-3. Studi kritis terhadap versi kedua menyatakan bahwa status riwayatnya pada kualitas tidak shahih. Ibnu Hajar mengatakan bahwa kisah keterlambatan Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi karena anak anjing memang masyhur, tetapi keberadaannya sebagai Asbabun Nuzul adalah asing gharib dan sanadnya ada yang tidak dikenal. Oleh karena itu, yang harus diambil adalah riwayat lain yang shahih.[7] Sedangkan terhadap variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat yang versinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut 1 Mengambil versi riwayat yang sahih Cara ini diambil bila terdapat dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, yang salah satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lain tidak. Umpamanya dua versi riwayat Asbabun Nuzul kontradiktif untuk surah Adh-Dhuha ayat 1-3 2 Melakukan studi selektif tarjih Langkah ini diambil bila kedua versi Asbabun Nuzul yang berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama shahih, seperti Asbabun Nuzul yang berkaitan dengan turunnya ayat tentang ruh. Versi Asbabun Nuzul yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud mengatakan “Aku berjalan bersama Rasulullah di Madinah dan beliau dalam keadaan bertekan pada pelepah kurma. Ketika beliau melewati sekelompok orang yahudi. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya. “Alangkah baiknya bila kalian menanyakan sesuatu kepadanya Muhammad. “Kemudian mereka berkata, “Ya Muhammad terangkan kepada kami tentang ruh.” Nabi berdiri sejenak sambil mengangkat kepala, saat itupun aku tahu bahwa beliau sedang menerima wahyu. Dan beliaupun membacanya. “Katakanlah, permasalahan ruh adalah sebagian dari urusan tuhanku. Dan tidak diberikan kepadamu ilmu kecuali sedikit saja.”[8] Dalam versi Asbabun Nuzul yang dikeluarkan oleh bukhari dan turmudzi dari Ibnu Abbas disebutkan “Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang yahudi, “Berikan kepada kami tentang sesuatu yang akan ditanyakan kepada lelaki ini Nabi.” Mereka menjawab, “Bertanyalah kepadanya tentang ruh.” Maka mereka pun bertanya tentangnya kepada Nabi. Maka Allah menurunkan ayat. Kedua riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Turmudzi di atas berstatus sahih. Akan tetapi, mayoritas ulama’ lebih mendahulukan hadits Bukhari daripada hadits Turmudzi karena hadits Bukhari lebih unggul rajah, sedangkan hadits Turmdzi tidak unggul marjuh. 3 Melakukan studi kompromi jama’ Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dalakukan tarjih. Umpamanya dua versi riwayat Asbabun Nuzul yang melatarbelakangi turunnya ayat Mu’amalah surat An-Nur 24 ayat 6. tûïÏ%©!$ur tbqãBötƒ öNßgy_ºurø—r& óOs9ur `ä3tƒ öNçl°; âä!y‰pkà­ HwÎ öNßgÝ¡àÿRr& äoy‰»ygt±sù óOÏdωtnr& ßìt/ör& ¤Nºy‰»uhx© !$$Î/ ¼çm¯RÎ z`ÏJs9 šúüÏ%ω»¢Á9$ النور ۶ Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar. Dalam versi Bukhari dan Muslim melalui jalur Shahal Ibn Sa’ad dikatakan bahwa ayat itu turun berkenaan dengan salah seorang sahabat bernama Uwaimir yang bertanya kepada Rasulullah SAW. Tentang apa yang harus dilakuan oleh seorang suami yang mendapati istrinya bezina dengan orang lain. Akan tetapi, dalam versi Bukhari melaui jalur Ibn Abbas dikatakan bahwa ayat tersebut turun dengan latar belakang kasus Hilal Ibn Umayah yang mengadu kepada Rasulullah SAW. Bahwa istrinya berzina dengan Sarikh Ibn Sahma’. Kedua riwayat itu berkualitas sahih dan tidak mungkin dilakukan studi tarjih. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kompromi jama’. Dua kejadian itu berdekatan masanya sehingga kita mudah mengkompromikan keduanya. Dalam jangka waktu yang tidak berselang lama, kedua orang sahabat bertanya kepada Rasululah SAW. Tentang masalah serupa, maka turunlah ayat mu’amalah untuk menjawab pertanyaan mereka. [9] Kalau kedua versi riwayat Asbabun Nuzul itu sahih atau tidak sahih atau tidak dapat dilakukan studi tarjih dan jama’ maka hendaklah kita anggap ayat itu itu diturunkan berulang kali. Dalam istilah ilmu Al-Qur’an hal itu dapat disebut “berulangnya turun ayat” ta’adudud an-nuzul. Bab III PENUTUP Kesimpulan Asbabun Nuzul adalah suatu konsep, teori, atau berita tentang sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi Muhammad, baik berupa satu ayat maupun rangkaian ayat. Adapun Fungsi Asbabun Nuzul antara lain 1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui Al-Qur’an. 2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr pembatasan. 4. Dapat mengkhususkan Takhsis hukum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. Daftar Pustaka Chirzin, Muhammad. BUKU PINTAR ASBABUN NUZUL mengerti peristiwa dan pesan moral di balik ayat-ayat suci al-quran. Zaman Jakarta, 2011. Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al Qur'an Surah Al Baqarah - An Nas. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2002. Al-Wahidy, Ali bin Ahmad. Asbab An-Nuzul. Darul Hadist Jakarta, 2003. Khalil al-Qattan, Manna’. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Litera AntarNusa Bogor, 2010. Thamrin, Husni. Muhimmah ulumul qur’an. Semarang Bumi Aksara, 1982. Zuhdi, Masfuk. Pengantar ulumul qur’an. Surabaya Bina Ilmu, 1993. Chirzin, Muhammad. BUKU PINTAR ASBABUN NUZUL mengerti peristiwa dan pesan moral di balik ayat-ayat suci al-quran. Jakarta Zaman, 2011 [1] Ali bin Ahmad Al-Wahidy, Asbab An-Muzul, Jakarta Darul Hadits, 2003, 56 [2] A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2002 634 & 635 [3] Saifullah, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Ponorogo PO Press, 2011, 71 [4] Muhammad, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bandung CV. Pustaka Setia, 1999, 154 [5] Muhammad Amin, Study ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Firdaus, 2004, 23-25 [6] Hamzah Muchotob, Studi Al-Qur'an Komprehensif, Yokyakarta Gama Media, 2003, 198 [7] Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta Rajawali, 1994, 76 [8] Manna’ Khalil Al-khattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, BogorPT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001, 106-137 [9] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I, Bandung CV. Pustaka Setia, 1997 33
ASBABUNNUZUL A. Pengertian Asbabun Nuzul Secara etimologi asbab al nuzul terdiri dari kata "asbab" (bentuk jamak dari kata "saba

Rabu, 13 April 2022 1611 Kapanlagi Plus - Asbabun nuzul menjadi istilah yang sudah banyak diketahui umat muslim. Hanya saja, sebagian di antaranya mungkin belum memahami apa arti asbabun sejumlah istilah dalam ilmu Alquran yang sering digunakan. Salah satunya membahas mengenai asbabun nuzul. Memahami makna asbabun nuzul sebenarnya cukup mudah. Karena istilah ini digunakan untuk menjelaskan mengapa ayat Alquran diturunkan oleh Allah SWT. Namun untuk tahu asbabun nuzul artinya dalam Ilmu Alquran adalah sebab-sebab turunnya ayat Alquran, berikut ini terdapat ulasan yang perlu kalian ketahui. Adapun penjelasan tentang asbabun nuzul artinya sebab diturunkannya ayat Alquran dapat kalian simak di bawah ini. 1. Asbabun Nuzul Artinya Sebab-Sebab Turun Ayat Alquran credit Saat ingin mencari tahu tafsiran atau makna dari suatu ayat dalam Alquran, umat muslim tentu cukup familiar dengan istilah asbabun nuzul. Namun tidak sedikit pula yang belum memahami pengertian arti asbabun nuzul. Karena itulah dalam ulasan kali ini akan dibahas mengenai makna dan arti asbabun nuzul artinya diambil dari bahasa Arab. Di mana asbabun nuzul artinya adalah sebab-sebab turunnya dalam hal ini yang dimaksudkan adalah ayat Alquran. Sementara itu, asbabun nuzul artinya juga termasuk dari latar belakang atau sebab-sebab turunnya surat atau ayat setiap ayat Alquran memiliki latar belakang sebab turunnya ayat tersebut dari Allah SWT untuk Rasulullah SAW sampaikan kepada umatnya. Ada beberapa bentuk asbabun nuzul, misalnya saja mengandung kisah-kisah Nabi, peristiwa atau kejadian tertentu, ataupun berawal dari sebuah pertanyaan sahabat Nabi atau seseorang yang hidup di zaman Rasulullah dengan adanya asbabun nuzul tersebut bisa menjawab apa yang hendak dicari dengan diturunkannya ayat Alquran. Itulah asbabun nuzul artinya yang merupakan sebab-sebab turunnya ayat Alquran. Sudah paham bukan apa makna arti asbabun nuzul sebenarnya KLovers? 2. Fungsi Asbabun Nuzul credit Setelah tahu penjelasan asbabun nuzul artinya adalah latar belakang diturunkannya ayat Alquran, di bawah ini ada beberapa fungsi asbabun nuzul. Karena pada dasarnya asbabun nuzul artinya adalah menjawab pertanyaan mengapa ayat Alquran tersebut itu bisa jadi turunnya ayat Alquran terjadi karena beberapa hal baik sebuah peristiwa, kisah tertentu, atau pertanyaan sahabat Nabi. Nah untuk tahu apa fungsi asbabun nuzul dapat kalian simak di bawah ini. Yuk cek ulasan tentang fungsi asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat Memudahkan memahami ayat Alquran termasuk sebab turunnya ayat Mengambil hikmah atau pelajaran dibalik kejadian atau peristiwa turunnya ayat Mengetahui hikmah tentang pensyariatan terhadap hukum dalam ayat Meningkatkan keimanan dan menghilangkan rasa ragu terhadap suatu ayat Alquran sebab sudah jelas hukumnya yang ditetapkan Alalh Menentukan hukum dengan sebab dan mengkhususkan hukum bersifat Memudahkan penafsiran ayat Menghafal Alquran termasuk sebab-sebab turunnya ayat Alquran tersebut dan kejadian yang terjadi dalam beberapa penjelasan mengenai fungsi asbabun nuzul artinya adalah latar belakang diturunkannya ayat Alquran. Sehingga dapat memudahkan kalian memahami makna sebenarnya dari arti asbabun nuzul. 3. Contoh Asbabun Nuzul credit Ada banyak sekali contoh asbabun nuzul artinya adalah latar belakang turunnya ayat Alquran. Sebab setiap ayat dalam Alquran memiliki sebab-sebab tersendiri mengapa ayat tersebut diturunkan oleh Allah SWT. Karena itulah di bawah ini penjelasan mengenai contoh asbabun nuzul yang perlu kalian Asbabun Nuzul Berkaitan dengan PeristiwaSurat Al Fil yang memiliki arti Gajah ini memiliki asbabun nuzul yang penting diketahui umat muslim. Sebab asbabun nuzul surat Al Fil berkaitan dengan peristiwa ketika pasukan gajah yang dipimpin Abrahah menyerang Ka'bah. Di mana pasukan gajah tersebut berusaha menghancurkan Ka'bah. Allah SWT kemudian menurunkan burung ababil yang membantu kaum muslimin mengalahkan pasukan gajah. Selain itu turunnya surat Al Fil juga bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah Asbabun Nuzul Berkaitan dengan Bentuk PertanyaanSelain itu ada juga contoh asbabun nuzul yang berkaitan dengan bentuk pertanyaan. Seperti telah dijelaskan ulasan sebelumnya, kalau ada beberapa bentuk asbabun nuzul salah satunya berisi tentang pertanyaan. Nah, salah satu contoh dari asbabun nuzul bentuk pertanyaan misalnya saja surat Al-Kahfi. Di mana dalam surat Al Kahfi memiliki asbabun nuzul pertanyaan tentang Ashabul kahfi, Zulkarnain, dan ruh. Pada ayat 83-85 asbabun nuzul menjelaskan tentang siapakah Zulkarnain itu."Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang Dzulqarnain, Katakanlah, 'Aku akan bacakan pada kalian sebagian dari berita tentangnya.' Kami itu sungguh telah memberikan kekuasaan kepadanya di muka bumi, dan Kami pun telah menganugerahkan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu. Maka dia pun menempuh suatu jalan."3. Asbabun Nuzul Berkaitan dengan Suatu Hukum TertentuAda juga asbabun nuzul yang berisi mengenai suatu hukum. Salah satu contohnya adalah Surat Al-Maidah ayat 90 yang mengharamkan khamr, judi, berkurban untuk berhala. Asbabun nuzul ayat tersebut berkaitan dengan peristiwa yang terjadi ketika dua kabilah golongan Anshar dalam perjamuan mereka disuguhi khamr minuman keras. Peristiwa tersebut memicu adanya perkelahian saat mabuk hingga memunculkan permusuhan. Selanjutnya turunlah surat Al-Maidah ayat penjelasan tentang asbabun nuzul artinya adalah sebab-sebab turunnya ayat Alquran. Sehingga dapat memudahkan kalian memahami makna di balik turunnya ayat Baca Artikel Lainnya 12 Arti Mimpi Pindah Rumah Tak Selalu Tanda Memulai Hidup Baru, Simak Tafsirannya Arti GG dan Istilah Lainnya di Dunia Game, Ketahui Juga Asal Mula Kata Tersebut Jadi Populer 7 Rekomendasi Anime Studio Ghibli Terbaik dan Menguras Emosi, Wajib Banget Ditonton 10 Rekomendasi Film Kisah Nyata Barat, Menceritakan Tentang Perang, Petualangan, Hingga Perjalanan Hidup 11 Arti Mimpi Berbicara dengan Orang yang Sudah Meninggal, Jadi Pertanda - Jawaban Perasaan Terdalam

BukuAsbabun Nuzul. Buku Asbabun Nuzul karya Syaikh Mahmud Al-Mishri ini merupakan karya istimewa. Belum banyak referensi ilmiah yang membahas sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Quran berdasarkan hadits-hadits shahih. Maka sudah selayaknya buku ini menjadi rujukan utama bagi umat Islam untuk lebih memahami kandungan makna Al-Quranul Karim. Cara

- Cara mengetahui Asbab An-Nuzul asbabunnuzul dan penjelasannya adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama kategori sahih. Hal ini karena asbabunnuzul tidak dapat diciptakan melalui pemikiran, namun merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa merupakan sebab-sebab yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun demikian, tidak semua ayat di dalam Al-Qur’an memiliki dari jurnal Asbabun Nuzul Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi 2016 oleh Pan Suaidi dijelaskan bahwa pengetahuan asbabunnuzul memiliki beberapa fungsi dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama. Mengetahui asbab an-nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa ayat. Pengetahuan asbab an-nuzul dapat mengkhususkan takhsis hukum terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah khusus as-sabab sebab khusus. Asbabunnuzul dapat membantu memahami apakah ayat berlaku umum atau khusus dan bagaimana penerapannya. Asbabunnuzul mempermudah orang dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dan memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan, sebab mengetahui turunnya. Cara Mengetahui Asbab An-Nuzul dan Penjelasannya Cara mengetahui asbabunnuzul adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama yang tergolong sahih. Hadis sahih merupakan hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan perawi berkualitas dan hafalan kuat, hingga sanad dan matannya tidak ada syadz serta M. Hanafi ed. dalam buku Asbabun-Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an 2017 menuliskan bahwa cara paling otentik untuk mengetahui asbabunnuzul yakni melalui riwayat-riwayat hadis yang disampaikan Nabi kepada para sahabat berperan penting dalam mengetahui asbabunnuzul, sebab mereka hidup di masa nabi dan mengetahui serta menyaksikan proses turunnya wahyu hingga peristiwa yang melingkupinya. Di sisi lain, para sahabat begitu berhati-hati dalam meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW. Kewaspadaan para sahabat ini meningkat terutama ketika menyampaikan hadis tentang asbabunnuzul ayat Al-Qur’ al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi menjelaskan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul hanya dapat diketahui dengan mendengar dari para sahabat. Hal ini karena para sahabat telah bersungguh-sungguh mencari dan mengetahui pernyataan Abù al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi di atas, kemudian terbesit pertanyaan lanjutan, yakni bagaimana riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang muncul setelah masa sahabat?Jalàluddìn as-Suyùtiy menyampaikan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang jelas sebab dan berkualitas sahih dapat diterima. Hal ini senada dengan kasus hadis-hadis marfu yang dapat diterima apabila diriwayatkan para tabiin yang menimba ilmu dari para sahabat juga Asbabun Nuzul Surah Ad-Dhuha Sebab Diturunkannya Ayat 1-3 Tafsir dan Penjelasan Surat Al-Falaq Beserta Asbabun Nuzulnya Asbabun Nuzul Surat Al-Waqiah Lengkap Ayat 39-40 dan Ayat 75-82 - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Dhita Koesno

s3VR.
  • k36y99dm4a.pages.dev/607
  • k36y99dm4a.pages.dev/881
  • k36y99dm4a.pages.dev/194
  • k36y99dm4a.pages.dev/574
  • k36y99dm4a.pages.dev/33
  • k36y99dm4a.pages.dev/180
  • k36y99dm4a.pages.dev/361
  • k36y99dm4a.pages.dev/537
  • k36y99dm4a.pages.dev/435
  • k36y99dm4a.pages.dev/513
  • k36y99dm4a.pages.dev/949
  • k36y99dm4a.pages.dev/508
  • k36y99dm4a.pages.dev/386
  • k36y99dm4a.pages.dev/716
  • k36y99dm4a.pages.dev/966
  • berbilangnya asbabun nuzul suatu ayat